Pengembangan pembiasaan pembelajaran ini masih berada dalam konteks keterasingan penyelenggaraan pendidikan. Penyelenggaraan pendidikan saat ini telah terjebak sedemikian mekanis dalam pola industrialisasi modern sehingga kehilangan sisi humanisme dalam pengembangan pembelajaran. Keringnya pembelajaran berbasis kejujuran sebagai otokritik pendidikan dalam konteks kekinian menjadi sebuah pembenaran dibalik fenomena industrialisasi ini. Bagaimanakah menanamkan Pendidikan berbasis kejujuran ditengah derasnya teknologi ? adalah permasalahn yang harus diselesaikan.
Pemberhalaan keteladanan
Realitas di lapangan menunjukkan habit keteladanan dalam pembelajaran pelan – pelan tergerus kecanggihan alat berbasis teknologi informasi. Prinsip keteladanan sebagai ruh pembelajaran saat ini tergantikan mekanisme industrialis semata. Konteks peran pencerdasan berbasis kejujuran yang selayaknya dikembangkan segenap insan dalam satu komunitas pendidikan tergantikan sebatas alat mekanis. Teramat miris manakala sebuah sekolah lebih mengedepankan pemasangan CCTV untuk mengamati tingkah polah pembelajaran dibandingkan upaya penumbuhan habit kejujuran.
Peran Agama sebatas simbol bukanlah kematangan ( maturity ) pun tidak terbantahkan. Logika berpikirnya jika pada sekolah dengan pengedepanan agama kejujuran digantikan dengan sebatas alat bagaimanakah dengan sekolah dengan pengedepanan nilai – nilai umum?.
Keteladan penyelenggara
Dukungan pengembangan pendidikan berbasis kejujuran teramat layak ditunjukkan seluruh komponen pendukung pendidikan. Pengembangan keteladan penyelenggara pendidikan ini menjadi sedemikian penting mengingat realitasnya pengambilan kebijakannya berjalan kontraproduktif. Konteks penyelenggaraan berkaitan pengembangan kejujuran beberara hari terakhir teramat absubrb dikacaukan dengan pola diskriminasi pembelajaran.
Akankan pendidikan berbasis kejujuran menuai hasil komprehensif ditengah Kompetitifnya penyelenggara pendidikan dalam menyajikan layanannya menjadikan sebuah pertanyaan besar dalam konteks kekinian. Fenomena ini sedemikian seriusnya menjangkiti pendidikan negeri ini, diperlukan kerja keras dan kerja cerdas untuk meretasnya. Dukungan pendidikan berbasis kejujuran ini selayaknya memperhatikan beberapa fenomena elemen pendidikan diantaranya
Menciptakan mekanisme masyarakat pebelajar menjadi komponen pokok pendukung pendidikan berbasis kejujuran ini. Otokritik dunia pendidikan saat ini ialah penyelengara pendidikan terlaksana namun menisbikan elemen pembelajaran. Beragam pengambilan kebijakan pendidikan tidak berpijak pada elemen pembelajaran yakni perubahan pola pikir karena usaha sadar. Kebijakan pendidikan saat ini lebih bernuansa peneguhan zona nyaman dibandingkan mencari tantangan baru pemberdayaan manusia seutuhnya.
Pendidikan berbasis keteladanan menjadi langkah lanjutan dalam pengembangan pendidikan berbasis kejujuran. Keteladanan tidak bisa dipungkiri menjadi elemen penting dalam pendidikan yang pelan – pelan tergerus perkembangan zaman. Keteladanan ini dapat diberlakukan semua jenjang pendidikan dan diharapkan menjadi habit seluruh aktivitas yang dilakukan di seluruh negeri. Inferioritas guru selama proses pembelajaran akan semakin elegan manakala lebih menekankan keteladanan dalam proses kesehariannya, demikian pula penyelenggara pendidikan.
Tidak kalah pentingnya reposisi pendidikan menyeluruh selayaknya menjadi habit baru dalam pengelolaan pembelajaran dalam konteks pendidikan di negeri ini. Pendidikan sedemikian merangsang untuk dibully manakala terjadi permasalahan di negeri ini merupakan fenomena konkrit. Segala rupa pendidikanpun menjadi sarana empuk untuk dituntut pertanggung jawabanya, padahal tugas pembelajaran bukan semata – mata tertinggal pada dunia pendidikan.
Ekspektasi pendidikan bukanlah solusi segala permasalahan di negeri ini patut menjadi penekanan baik secara eksternal maupun internalnya. Pendidikan dapat memberikan layanan proporsional disisi lain elemen non pendidikan dapat berjalan sedemikian elegan untuk mendukungnya. Penumbuhan habit kejujuran akan menemukan jalan terjal manakala tidak disikapi secara proporsional. Patut disadari Pendidikan bukanlah mesin serba bisa mengatasi ketidak jujuran yang sedemikian akut mengakar. Kerjasama konkrit beragam elemen ini teramat diharapkan dalam pemberdayaan pendidikan berbasis kejujuran.
Selamat Hari Pendidikan Nasional
Oleh:
H. Mukhlis Mustofa, S.Pd., M.Pd.
Ketua Yayasan Pendidikan Jama’atul Ikhwan